Cerita lesehan – Dalam dunia psikologi, anak-anak yang lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang mengalami perpisahan atau broken home sering kali dikaitkan dengan berbagai risiko masalah kesehatan mental. Menurut Dr. Taufik Ismail, Sp. KJ, seorang Dokter Spesialis Jiwa dari RS Nirmala Suri, kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan jiwa anak baik dalam jangka pendek maupun panjang. Artikel ini akan membahas secara mendalam bagaimana latar belakang keluarga broken home dapat memengaruhi kesehatan mental anak, serta faktor-faktor lain yang turut berkontribusi.
Keluarga broken home merujuk pada situasi di mana orang tua tidak lagi tinggal bersama, baik karena perceraian, perpisahan, atau kematian salah satu orang tua. Kondisi ini sering kali menciptakan ketidakstabilan emosional dan perubahan dalam dinamika keluarga yang dapat memengaruhi kesejahteraan anak. Menurut Dr. Taufik, anak-anak yang terlahir dalam keluarga seperti ini memiliki peluang lebih besar untuk menghadapi masalah kesehatan jiwa dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh dalam keluarga utuh.
Dr. Taufik menjelaskan bahwa perpisahan orang tua atau kematian salah satu orang tua dapat menjadi penyebab utama masalah kesehatan mental pada anak. “Kondisi keluarga ini memiliki peran besar dalam membentuk karakter seseorang dan munculnya masalah kesehatan jiwa,” katanya. Ketidakpastian yang dihadapi anak, seperti perubahan tempat tinggal, kehilangan salah satu orang tua, atau konflik yang terus-menerus, dapat menyebabkan stres emosional yang mendalam.
Konsep “inner child” merujuk pada perasaan dan pengalaman anak-anak yang dapat bertahan hingga dewasa. Jika anak mengalami pengalaman negatif, seperti konflik keluarga atau kekurangan kasih sayang, perasaan tersebut dapat memengaruhi kondisi mental mereka saat dewasa kelak. Pengalaman negatif di masa kecil dapat menanamkan trauma yang memengaruhi bagaimana mereka menghadapi situasi dan emosi di kemudian hari.
Tidak hanya latar belakang keluarga yang memengaruhi kesehatan mental anak. Lingkungan sosial dan pertemanan juga memainkan peran penting. “Gangguan kesehatan mental juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan sosial atau pertemanan si anak,” ujar Dr. Taufik. Anak-anak sering kali dipengaruhi oleh teman-teman mereka, dan jika mereka berada dalam lingkungan yang negatif, seperti teman yang merokok, minum minuman keras, atau menggunakan narkoba, risiko mereka untuk mengalami masalah kesehatan mental meningkat.
Selain faktor keluarga dan sosial, ada banyak faktor lain yang dapat memengaruhi kesehatan mental anak. Stres dari sekolah, tekanan sosial, dan masalah pribadi juga bisa berkontribusi. Ketidakmampuan anak untuk mengatasi masalah dengan cara yang sehat dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental. “Semua hal ini tentu memengaruhi anak dalam menangani suatu masalah,” jelas Dr. Taufik.
Untuk membantu anak-anak menghadapi tantangan, dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan yang positif sangat penting. Menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung, serta memastikan anak memiliki akses ke dukungan psikologis jika diperlukan, dapat membantu mereka mengatasi stres dan trauma. “Lebih baik jika dikondisikan sejak awal bahwa ini tempat yang nyaman untuk seorang anak belajar dan tumbuh hingga dewasa,” tutup Dr. Taufik.
Menjaga stabilitas emosional dan lingkungan keluarga yang positif adalah kunci untuk mendukung kesehatan mental anak. Orang tua atau pengasuh harus berusaha menciptakan suasana yang mendukung dan memberikan kasih sayang yang konsisten.
Penting bagi orang tua dan pengasuh untuk memiliki pemahaman yang baik tentang kesehatan mental dan bagaimana cara mendukung anak. Edukasi mengenai tanda-tanda masalah kesehatan mental dan cara-cara mengatasinya bisa membantu dalam memberikan dukungan yang diperlukan.
Jika anak menunjukkan tanda-tanda masalah kesehatan mental, mencari bantuan profesional seperti psikolog atau konselor dapat menjadi langkah penting. Terapi dan konseling dapat membantu anak untuk mengatasi trauma, stres, dan masalah emosional lainnya.
“Simak juga: Dampak Konsumsi Kental Manis Terhadap Stunting”
Mengajarkan anak keterampilan mengatasi masalah dan teknik koping yang sehat dapat membantu mereka menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik. Ini termasuk teknik relaksasi, pemecahan masalah, dan keterampilan komunikasi yang efektif.
Kesehatan mental anak di tengah keluarga broken home memang menjadi perhatian serius. Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun latar belakang keluarga dapat mempengaruhi kesehatan mental. Faktor-faktor lain seperti lingkungan sosial, pertemanan, dan dukungan emosional juga memainkan peran penting. Dengan menciptakan lingkungan yang stabil, memberikan dukungan emosional, dan mencari bantuan profesional jika diperlukan. Kita dapat membantu anak-anak menghadapi tantangan dan tumbuh menjadi individu yang sehat secara mental.