Cerita Lesehan – Ketegangan di Timur Tengah, perbatasan antara Israel dan Lebanon semakin memuncak, memicu dampak besar bagi industri penerbangan. Maskapai-maskapai Eropa, terutama, kini harus menanggapi situasi yang kian tidak stabil ini dengan langkah-langkah drastis.
Pada Senin, 29 Juli 2024, dunia penerbangan menghadapi berita mengejutkan: Lufthansa Group—yang mencakup Lufthansa, Swiss, dan Eurowings—mengumumkan penghentian sementara semua penerbangan ke Beirut hingga 5 Agustus 2024. Air France juga ikut serta, menangguhkan penerbangan ke Lebanon sebagai bentuk antisipasi terhadap situasi yang semakin memburuk. Keputusan ini diambil untuk melindungi penumpang dari risiko yang tidak bisa diabaikan di tengah ketegangan yang meningkat di Timur Tengah.
“Simak Juga: Joe Biden Mundur dari Pilpres AS, Reaksi Kremlin”
Meski banyak penerbangan dibatalkan, semangat warga Lebanon tetap berkobar. Hadi Sharqawi, seorang mahasiswa Lebanon yang sedang studi di Italia, menyatakan bahwa pembatalan tersebut tidak menggoyahkan tekadnya untuk pulang. “Kami tidak terpengaruh. Bahkan jika ancaman itu nyata, kami tetap akan kembali ke Lebanon, khususnya ke wilayah selatan,” ungkap Sharqawi dengan penuh keberanian.
Mohammad Mokhalid, seorang penduduk desa Jarjoug di Lebanon selatan, juga menunjukkan sikap tak tergoyahkan. Saat menjemput anak perempuan dan cucunya di bandara Rafic Hariri, Mokhalid mengungkapkan keteguhan warga Lebanon selatan. “Kami sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Suara jet Israel atau serangan udara bukanlah hal baru bagi kami. Kami tidak takut,” tegas Mokhalid.
Ketegangan mencapai puncaknya setelah serangan roket akhir pekan lalu yang menewaskan 12 anak di Golan Heights, wilayah yang dikuasai Israel. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji akan membalas keras serangan tersebut terhadap Hizbullah, yang dituding sebagai pelakunya. Namun, Hizbullah membantah keterlibatannya, menambah kekacauan di kawasan tersebut.
Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, mengungkapkan keprihatinan mendalam dan mengimbau Israel untuk tidak terjebak dalam siklus balas dendam. “Ada banyak pihak yang tampaknya ingin memperburuk situasi dan mendorong Israel untuk bereaksi. Kami mendesak semua pihak untuk tetap tenang dan mencari solusi,” kata Meloni dalam pernyataannya di China.
Di Inggris, Menteri Luar Negeri David Lammy juga mengutuk serangan tersebut dan menyerukan penahanan diri dari semua pihak. “Kondisi di perbatasan Lebanon-Israel sangat memprihatinkan. Inggris mengecam serangan di Golan Heights yang merenggut 12 nyawa dan mendesak Hizbullah untuk menghentikan aktivitas yang merusak stabilitas,” jelas Lammy di hadapan parlemen Inggris.
Meski kekhawatiran akan eskalasi kekerasan terus meningkat, Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, tetap optimis bahwa jalur diplomasi adalah kunci untuk menyelesaikan konflik ini. Dengan dampak krisis yang merambah ke berbagai sektor, termasuk penerbangan, sangat penting bagi semua pihak untuk bekerja menuju solusi yang dapat membawa stabilitas dan keamanan ke kawasan yang penuh tantangan ini.
“Baca Juga: Donald Trump dan Joe Biden Dinamika Pilpres AS 2024”